KERJA & KEMERDEKAAN MANUSIA
Hadirin tamu Allah yang berbahgia
Hidup tidak sepi dari persoalan dan problematika. Dengan tantangan manusia akan teruji sejauh mana kualitas dan mentalitas prestatif. Demikian dalam semua jenjang karir manusai harus dilalui dengan susah payah dan banting tulang untuk membentuk mental juara. Silih berganti problema diselelsaikan akan muncul problema yang lain, tergantung kemampuan internal dan keterampilannya mengatasi dengan cepat keluar dari kemelut.
Demikian juga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka dari belenggu penjajah berkat mobilitas vertikal rakyatnya menggalang persatuan dan kesatuan utnuk membebaskan diri dari kungkungan cengkraman kaki tangan penjajah. Kita sadar sebagai bangsa bahwa kemerdekaan merupakan karunia yang tak terhingga dari Allah swt dengan perjuangan yang keras.
Maka kemerdekaan merupakan hak bagi setiap individu dan bangsa yang paling mendasar. Apalagi kita telah merasakan betapa pedihnya penindasan yang dilaksankan atas nama – eksploitasi manusia atas manusia – sangat dikutuk dan melanggar nilai-nilai ketahuhidandan kemanusiaan yang beradab.
Sebab penjajahan dan penindasan nilai-nilai kemanusiaan berakibat fatal terhadap kehidupan yang harmonis, terbukti terjad kerusakan dimuka bumi telah menjadi bumerang bagi kehidupan manusia.
Tidak lepas dari upaya manusia untuk mengeksploitasi manusia atas manusia lain.
Islam senantiasa menganjurkan kepada umat manusia untuk selalu optimis dalam menghadapi segala hal. Optimisme yang harus diiringi dengan usaha dan kerja keras secara profesional, yang pada akhir optimismenya menjadi kenikmatan yang nyata. Sebab tidak ada suatu keberhasilan tanpa adanya usaha yang sesuai dengan hukum keberhasilan, sehingga mampu merupah kenyataan menjadi kenyataan yang lebih produktif dan bermanfaat.
Hadirin Jemaaah Jumat yang mulia
Dalam persoalan dunia usaha, Islam sangat menganjurkan umat manusia mendaya-upayakan potensinya guna kemakmuran masyarakat. Sehingga Allah memberi rizqi kepada hamba-Nya yang mau berusaha dengan sungguh-sungguh sesuai sunatullah yang berlaku. Rizqi tidak akan datang dengan berpangku tangan . namun rizqi itu harus diupayakan dengan kerja keras. Sebab bila rizqi itu datang tanpa diusahakan, akan mengakibatkan kerusakan dimuka bumi. Karena tidak sesuai dengan hukum keseimbangan (sunatullah).
Andaikan Allah memberikan rizqi tanpa usaha niscaya manusia kan lebih rusak dan lebih banyak kesempatan berbuat kejahatan. Tetapi kebijaksanaan Allah menghibur manusia dengan usaha kasab, supaya tidak merajalela untuk merusak. Kerusakan dimuka bumi banyak terbukti dilakukan manusia yang tidak punya pekerjaan, sehingga dia mengisi kehidupannya dengan kegiatan yang merusak diri sendiri maupun masyarakat pada umumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bila pengangguran meningkat akan menyebabkan peluang tindak kriminal/kejahatan. Karena hakikat manusia adalah bergerak, maka jika fikiran manusia kosong dan tidak punya aktivitas dia akan berusaha untuk mencari kesibukan kesibukan inilah yang menentukan apakah kesibukan itu untuk kebaikan (hal yang produktif) atau sebaliknya membuat kemaksiatan/kejahatan (hal yang destruktif), hal tersebut bergantung pada mentalitas dan moralitas pribadinya.
Oleh karena itu manusia membutuhkan kerja. Bekerja itu sebetulnya keperluan manusia dan jika manusia tidak bekerja akan menjadi linglung. Kerja adalah kebutuhan untuk mengisi hidup dan menopong ibadah. Oleh sebab itu naluri manusia, jika orang tidak bekerja ia akan mencari pekerjaan sampai dapat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Al-Quran mengatakn “Bekerjalah engkau didunia untuk mengantarkan engkau keakhirat”
Dalam surat Ali-Imran: 200 Allah menegaskan;
”Hai orang yang berima, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu)dan bertaqwalah kepada Alla, supaya kamu beruntung”
Ayat yang lain, surat Ar-Ra’d: 11 Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keaadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Hukum Allahyang demikian itu dikarenakan sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada suatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah dalam surat Al-Anfal: 53
Yang demikian(siksaan) itu karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidaka kan merubah suatu nikmat yang telah dianugrahkan kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
Pernyataan Allah bahwa nikmat yang sejak awal yang telah dianugrahkan kepada suatu kaum, bangsa atau umat manusia, tidak akan diubah atau dicabut oleh Allah swt selama bangsa atau umat manusia itu sendiri tidak mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.
Dengan kata lain, perubahan dari nikmat keazab Allah terhadap suatu bangsa berkaitan dengan sikap dan prilaku bangsa itu sendiri. Kenikmatan akan terus dianugrahkan kepada manusia sebagai hamba Allah dan tidak akan dicabut atau diubah menjadi azab selama ia tetap sebgai manusia hamba Allah; tidak merubah menjadi binatang apalagi sebagai hamba setan yang menuruti hawa nafsunya.
Hadirin yang berbahagia
Kesengsaraan yang menimpa kita sekarang adalah akibat dari kufur nikmat, umat manusia, baik sebagai suatu bangsa secara keseluruhan maupun sebagian dari manusia yang melakukannya. Maka untuk menghindari dari kefatalan yang lebih jauh dari kesalahan pengelolaan kehidupan manusia sebagai individu maupun sebagai bangsa sudah seharusnya berusaha semaksimal mungkin untuk mengubah kemelut ekonomi ni dengan berbagai pendekatan ekonomi yang rasional maupun pendekatan spiritual dengan setiap individu warga negara untuk membersihkan diri dari prilaku tamak dan serakah serta memperbaiki kinerja hidup yang lebih arif dan produktif untuk kesejahteraan bersama yang rahmatan lil ‘aalamin.
Dengan cara inilah (maghfirah) ampunan dari Allah akan dikabulkan dan (mau’nah) nikmat pertolongan Allah akan kembali dianugrahkan kepada hamba-Nya yang berusaha menjadi yang terdepan dan unggul prestasi amal shalehnya (at-qoqum). Amin
kok cuma dikasih artinya aja???
BalasHapusayat Al-Qur'annya mana???