Suatu pagi saya berada di ruang kelas. Di pojok ruang ada beberada orang guru dan siswa-siswi yang mendengar materi kegiatan Pembiasaan jumat pagi. Jrengggggg.... ternyata saya lihat Cik Gu Rahman yang mengulas materi tentang Hal-hal Yang Membatalkan Wudu. Pantas siswa-siswi nyinyir ketawa dibuatnya. Hal tersebut bukan lantaran materinya tapi Cik Gu Rahman memang dikenal sebagai sosok yang suka humor. Walaupun materinya menarik kalau tidak bisa mengolahnya pasti zero jadi cerita yang didengar.
Awal siswa-siswi dibuat paham. Disebutkan disana bahwa yang membatalkan wudu adalah sebagai berikut:
- Keluarnya sesuatu dari dua pintu
- Bersentuhan antara laki-laki dan perempuan
- Menyentuh kemaluan.
OK, semua siswa setuju dengan ketiga point/hal di atas, begitu juga saya tidak dapat menyangkal hal tersebut. Yah... Memang begitulah keadaannya dalam pandangan syariat. Saya sangat bersyukur bahwa dalam waktu sekejap siswa paham yang mungkin selama ini belum mereka peroleh ilmunya. Semoga ilmu yang sedikit ini bermanfaat untuk dewasa mereka nanti.
Setelah menyampaikan tiga hal tersebut di atas, Cikgu balik bertanya yang membuat suasana ruangan menjadi ramai. Bagaimana tidak, mereka yang saya anggap paham ternyata belum paham semuanya. Dialognya sebagai berikut:
Cikgu : Kamu tahu nak apa itu malu ?
Siswa : Tahu pak (dengan suara lantang)
Cikgu : Arya, tahu malu ?
Arya : Iya Pak
Cikgu : Kalau kemaluan kamu tahu ?
Arya : (Hanya geleng-geleng saja)
Cikgu : Kamu Sheilla ?
Sheilla : Tidak tahu, pak !
Melihat tidak ada yang tahu, cikgu pun mengalih pertanyaan kepada siswa lain (namun masih siswa kelas 1) dan membuat pertanyaan sedikit lebih konkrit .
Cikgu : Pernah merasa malu, Yuda ?
Yuda : Pernah, pak !
Cikgu : Lantas, Dimana letak kemaluan Yuda ?
Yuda : Tinggal di rumah pak.....!
Cikgu : (Hanya nyengir menahan tawa)
Begitulah cerita dari sekolah perbatasan SDN 010 Luap yang terus berusaha mencerdaskan anak negeri. Kelihatannya gampang menjadi seorang guru. Tapi prakteknya sulit dijalani apalagi dengan segala keterbatasan. Baik keterbatasan sarana dan prasarana, kualitas dan kuantitas guru, maupun latar belakang siswa yang jauh dari nuansa edukasi dan perlu perhatian khusus dari Pemerintah.